Jumat, 23 November 2012

menuju yang lebih baik

Menjadi Orang Miskin yang Sabar atau Orang Kaya yang Bersyukur?

miskin-kaya-sabarRasulullah saw bersabda,
"Demi Allah, saya tidak takut dengan kemiskinan kalian, akan tetapi saya takut jikalau dunia menjadi lapang bagi kalian sebagaimana umat sebelum kalian sehingga mereka saling memperebutkannya."


Gejala inilah yang nampak di tengah-tengah masyarakat kita. Sebuah pola hidup baru bagi sebuah masyarakat agraris. Gotong royong lambat laun pupus oleh egoisme individu yang berkembang. Kejujuran hilang ditutupi dengan kebohongan. Persaudaraan sulit ditemukan kecuali di dalamnya terdapat uang. Kesombongan menggeser sifat lugu, sopan, dan ketawadhuan. Perubahan cara pandang ini selanjutnya mengubah gaya hidup masyarakat.

Akan tetapi, jika masyarakat kita tidak berusaha untuk mencari kekayaan duniawi ini, masyarakat kita akan menjadi masyarakat bawah yang lemah dan mudah diombang-ambingkan. Rasulullah saw bersabda,
"Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah dari pada seorang mukmin yang lemah."

Dengan logika sederhana pun, seseorang pasti akan membenarkan hadits ini. Logika ini membentuk sebuah asumsi, jika umat ini ingin menjadi besar sudah saatnya meninggalkan idealismenya menuju pada hal-hal yang pragmatis. Kita harus membangun rumah sakit, lembaga pendidikan, panti asuhan, dan lembaga-lembaga lain yang memiliki tujuan membantu kehidupan umat. Untuk melaksanakan hal tersebut tidak mungkin terlaksana dengan finansial yang lemah.

Beranjak dari pemikiran ini, manakah yang lebih baik antara orang miskin yang sabar dengan orang kaya yang bersyukur? Seorang idealis mungkin akan memilih poin pertama, sebaliknya orang yang pragmatis akan memilih poin yang kedua. Pertanyaan ini terlihat sederhana, tetapi tidak mudah untuk menjawabnya. Bahkan, para ulama telah berselisih pendapat mengenai hal ini. Abu Ishaq bin Syaqilan, Qadhi Abu Ya'la, dan para pengikutnya mengatakan bahwa orang miskin yang bersabar itu lebih baik. Sebaliknya, Ibnu Qutaibah dan jamaahnya berpendapat bahwa orang kaya yang bersyukur lebih baik.

Jika kita runut ke belakang, kita akan temukan orang-orang miskin yang sabar, bahkan yang berpredikat nabi sekalipun. Mereka adalah Isa bin Maryam as, Yahya bin Zakaria as, Ali bin Abi Thalib, Abi Dzar Al-Ghifari, Mush'ab bin Umair, dan Salman AI-Farisi. Sedangkan orang-orang kaya yang bersyukur, di antaranya Ibrahim as, Ayub as, Dawud as, Sulaiman as, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubeir, Sa'ad bin Muadz ra, dan masih banyak lagi. Lalu mana yang paling baik?

Kalau kebenaran kita sandarkan hanya kepada akal, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Tetapi jika standar kebenaran adalah Al-Qur`an, jawaban tersebut sangat jelas. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian" (QS Al-Hujurat: 13). Lalu, seperti apa takwa yang diinginkan Islam? Kalau kita kembali runut dalam Al-Qur'an jawabannya akan semakin terlihat. Allah SWT berfirman,
"Maka bertakwalah sesuai kadar kemampuan kalian." (QS At-Taghabun: 16)

Artinya, stressing point dari lafal "takwa" adalah proses, dalam hal ini adalah usaha. Yakni, usaha seorang hamba untuk menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (QS AI-Hasr: 7).

Artinya, kebaikan bukan terletak pada kaya-miskinnya, tetapi lebih pada syukur dan sabarnya. Bertolak dari hal ini maka kita akan temukan golongan ketiga yang sangat sulit untuk dicari pada zaman ini. Golongan ini mendapat dua predikat sekaligus; miskin dan kaya. Karena kesederhanaannya golongan ini terlihat miskin, di sisi lain merupakan golongan orang yang berada dengan pendapatan yang melimpah. Dia adalah Nabi kita Muhammad saw. Wallahu a'lam

Senin, 19 November 2012

kesehatan

7 Manfaat Gowes untuk Kesehatan


Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Komunitas Pengguna Sepeda Lipat - Sebanyak 200 pengguna sepeda lipat dari berbagai daerah bersepeda melewati kawasan UGM, Yogyakarta, untuk menuju Candi Borobudur, Jawa Tengah, dalam rangkaian kegiatan Serangan Oemoem Sepeda Lipat di Jogja, Minggu (6/3/2011). Keunikan dan kepraktisan yang dimiliki sepeda lipat membuat penggunanya semakin meningkat dan membentuk berbagai komunitas di sejumlah daerah.
KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, minat masyarakat terhadap olahraga bersepeda terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari terus  bermunculannya komunitas olahraga bersepeda yang baru.
Bersepeda merupakan salah satu jenis olahraga yang menarik dan dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang status usia dan jenis kelamin. Beberapa penelitian bahkan telah menunjukkan sejumlah keuntungan dari aktivitas sederhana ini sebagai alat untuk mempromosikan kesehatan secara keseluruhan.

Ingin tahu lebih banyak apa saja manfaat kesehatan dari ngegowes? Berikut ini adalah ulasannya:

1. Bersepeda baik untuk jantung Anda: Olahraga bersepeda erat hubungannya dengan peningkatan kebugaran kardiovaskular atau kesehatan pembuluh darah dan jantung, serta penurunan risiko penyakit jantung koroner.

2. Bersepeda baik untuk otot-otot: Mengendarai sepeda sangat baik untuk mengencangkan dan membangun otot terutama di bagian bawah tubuh seperti betis, paha, dan bagian belakang.

3. Menjaga ukuran pinggang tetap ideal: Anda dapat membakar banyak kalori saat bersepeda, terutama ketika harus menggowes lebih cepat daripada biasanya. Bersepeda tidak hanya efektif dalam membantu Anda menurunkan berat badan, tetapi juga meningkatkan metabolisme tubuh.

4. Perpanjang umur: Bersepeda adalah cara yang terbaik untuk meningkatkan umur Anda. Sejumlah riset menunjukkan bahwa melakukan aktivitas bersepeda secara rutin telah dikaitkan dengan penambahan usia, bahkan ketika harus disesuaikan dengan risiko cedera saat mengendarai sepeda.

5. Bersepeda baik untuk koordinasi: Aktif menggerakan kedua kaki untuk mengayuh, sementara kedua tangan mengendalikan kemudi merupakan praktik yang baik untuk melatih keterampilan koordinasi tubuh Anda.

6. Baik untuk kesehatan mental: Bersepeda telah dikaitkan dengan peningkatan kesehatan mental.

7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh: Bersepeda dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, sekaligus menjadi alat proteksi terhadap jenis penyakit kanker tertentu

Minggu, 18 November 2012

Wisata Religi di Masjid Besar Kaliwungu

Wisata Religi di Masjid Besar Kaliwungu

Masjid yang berdiri tepat di jantung kota Kecamatan Kaliwungu ini, memiliki catatan  sejarah  tersendiri bagi umat Islam. Pasalnya, masjid yang berdiri di atas lahan seluas lebih kurang 5.000 m2 tersebut dibangun oleh KH Asy’ari atau Kiai Guru —seorang ulama besar serta tokoh penyebar agama Islam di Kaliwungu.
Masih di daerah Kaliwungu, saya melihat bangunan masjid ini tepat didepan mata saya. Perhatian mata dan kamera saya tak henti-hentinya melihat bangunan ini yang kebenaran memancarkan cahaya keindahan dimalam hari kunjungan saya disini.
Daerah yang berdekatan dengan kota Semarang ini ternyata daerah yang terkenal dengan kota santri. Karena, informasi yang saya dapatkan dari google,  di Kaliwungu terdapat puluhan pondok pesantren. Salah satu kiai besar, KH. Dimyati Rois, juga tinggal ditempat tersebut.

Pada malam hari, dikawasan ini, sekitar alun-alun depan masjid, banyak para padagang yang menjajakan dagangannya. Mulai buku bekas, kaset, cd, buah-buahan, pakaian, tas, hingga nasi kucing.
Untuk berdirinya sendiri, ada banyak versi. Ada yang mengatakan masjid Agung Kaliwungu didirikan pada tahun 1653 oleh bupati Kaliwungu. Ada juga yang mengatakan berdirinya  pertama kali pada tahun 1680 silam. Yang jelas, masjid ini udah enam kali direnovasi.

Nah, buat teman-teman yang ingin berwisata ke kota Kaliwungu, bisa datang melihat masjid Al Muttaqin atau masjid Agung  ini. Letaknya sangat mudah dijangkau kok. Disitu ada sate kerbau juga lho, yang super lezat. Hmmm
 
Copyright (c) 2010 favoritku. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Web Design.